Komunitas Toxic dan Tekanan untuk Menang Membuat Game Kompetitif Tidak lagi Menyenangkan
Komunitas Toxic
Satu hal yang paling mencolok adalah perubahan pada komunitasnya. Di awal, rasanya komunitas masih solid, orang-orang saling berbagi tips dan strategi. Tapi makin ke sini, semakin banyak pemain yang bersikap toxic. Di dalam satu sesi game aja, sudah biasa ketemu orang yang langsung menyerang pemain lain karena mainnya kurang bagus. Kadang saya baru mati sekali di awal game, dan langsung dibilang “noob” atau diminta keluar. Rasanya seperti komunitas yang dulu tempat belajar, kini lebih sering jadi tempat saling menjatuhkan.
Cheater Berengsek
Masalah lain yang makin sering muncul adalah cheat. Sudah bukan rahasia kalau game-game kompetitif jadi sasaran utama buat para cheater. Mereka menggunakan program ilegal yang bikin permainan jadi nggak adil. Sebagai pemain yang ingin bermain fair, rasanya nyebelin banget saat ketemu lawan yang curang. Saya ingat dulu ada game yang rutin saya mainkan, tapi setelah beberapa kali kalah dari cheater, rasanya frustrasi banget. Dan, ya, pihak pengembang memang sering kali membasmi cheat ini, tapi cheater selalu punya cara untuk muncul lagi. Akhirnya, makin susah untuk menikmati game tersebut tanpa merasa curiga ke setiap lawan.
Harus Menang Terus
Hal lain yang bikin game-game ini kurang menyenangkan adalah tekanan yang besar untuk menang. Jangan salah, kompetisi dan tantangan memang seru, tapi ketika sudah berubah jadi obsesi, malah jadi beban. Dulu saya main untuk senang-senang, tapi lama-lama game jadi seperti pekerjaan. Setiap kali main, saya merasa wajib untuk terus menang, karena takut rank saya turun atau karena ingin jadi yang terbaik. Akhirnya, main game malah bikin stress, bukan senang.
Dev: "Halo, aku suka uang."
Di sisi lain, pengembang game juga terkadang ikut andil dalam menghilangkan kesenangan bermain game kompetitif. Salah satu caranya dengan memperkenalkan sistem monetisasi berlebihan. Saya pernah main sebuah game yang tiap updatenya selalu nambah fitur berbayar atau skin eksklusif yang harus dibeli. Rasanya kayak dipaksa terus-menerus untuk bayar kalau ingin punya pengalaman penuh dalam game tersebut. Ini bukan cuma bikin saya merasa terjebak, tapi juga membuat game jadi terasa seperti “pay-to-win”—di mana pemain yang mau keluar uang lebih banyak punya keunggulan.
Single Player ga ada matinya
Jadi, sekarang saya lebih memilih game-game santai atau game single-player. Rasanya lebih damai, nggak perlu takut ketemu pemain toxic atau cheater, dan yang pasti saya bisa main tanpa tekanan buat menang terus. Memang, sesekali saya masih rindu adrenalin dari game kompetitif, tapi kalau harus mengorbankan kesenangan saya, rasanya nggak sepadan.
Intinya, kalau game kompetitif nggak lagi bikin senang, mungkin ada baiknya kita berhenti sejenak. Main game seharusnya untuk bersenang-senang, bukan untuk bikin stress atau marah-marah. Bagi saya, menemukan kembali tujuan dari bermain game itu sendiri adalah hal yang paling penting. Dan kalau Anda juga merasa sama, mungkin ini saatnya kita merangkul kembali esensi dari bermain game—yaitu untuk bersenang-senang.